- Pimpinan OPD di Lingkungan Pemkot Palembang Ikuti Seminar Core Values ASN Berakhlak
- PEMERINTAH KOTA PALEMBANG DUKUNG PENUH FESTIVAL KESENIAN ISLAM (FKI) KATEGORI NASYID DI HARI KETIGA
- PEMERINTAH KOTA PALEMBANG GELAR RAPAT TECHNICAL MEETING FKI UNTUK PENINGKATAN SENI KEISLAMAN
- PEMERINTAH KOTA PALEMBANG AKTIF DALAM ACARA SUNATAN MASSAL BERSAMA JARINGAN SANTRI INDONESIA DI MASJ
- PEMERINTAH KOTA PALEMBANG RESPON POSITIF PEMBUKAAN FASILITASI PENGUATAN PENANGGULANGAN PROGRAM HIV/A
- Jumat Berbagi bersama Fitrianti Agustinda
- PEMERINTAH KOTA PALEMBANG BERSINERGI HADIRI PENYERAHAN PLAT RUMAH PROGRAM KOLABORASI BAZNAS
- KEUTAMAAN SURAT-SURAT DALAM AL-QURAN: TUNTUNAN DARI DALIL-DALIL AL-QURAN
- MENYINGKAP BAHAYA TIDAK MEMBACA AL-QURAN DAN MEMAHAMI MAKNANYA
- MENINGGALKAN SHOLAT SUBUH: BAHAYA DAN DAMPAK NEGATIF
Hubungan Rakyat dengan Pemerintah dalam Pandangan Islam

Keterangan Gambar : Illustrasi
Manusia terfitrah sebagai makhluk
sosial. Hidup mereka saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Allah Subhanahu wata’ala menciptakan mereka dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, lantas menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya saling mengenal. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang lakilaki dan perempuan, serta
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kalian saling
mengenal.” (al-Hujurat:
13)
Baca Lainnya :
- Keistimewaan Kaum Wanita dalam Islam0
- Sambut Kelahiran Bayi, Ini Tata Cara Aqiqah dan Hukumnya Menurut Islam0
- 8 Dasar Kepemimpinan Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Pemimpin0
- Keutamaan Sholat Dhuha0
- Amalan Kita Akan Ditampilkan di Akhirat0
Manakala menjalani kehidupannya dengan
berbangsa-bangsa dan bersukusuku, secara sunnatullah manusia membutuhkan
pemimpin yang dapat mengurusi berbagai problem yang mereka hadapi. Itulah
manusia, makhluk Allah Subhanahu wata’ala yang mendapatkan
kepercayaan dari-Nya untuk memakmurkan bumi ini.
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang tak membiarkan manusia hidup begitu saja. Berbagai aturan hidup dan
jalan yang terang pun Dia berikan kepada mereka supaya berbahagia di dunia
dan di akhirat. Termasuk dalam hal hubungan antara rakyat dan pemerintahnya
dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
“Untuk tiap-tiap
umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (al-Maidah:
48)
Rakyat
dan Pemerintah, Kesatuan yang Tak Bisa Dipisahkan
Dalam Islam, rakyat selaku
anggota masyarakat dan pemerintah selaku penguasa yang mengurusi berbagai
problem rakyatnya adalah kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Berbagai program
yang dicanangkan oleh pemerintah tak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan
dan sambutan ketaatan dari rakyat. Berbagai problem yang dihadapi oleh rakyat
juga tak akan usai tanpa kepedulian dari pemerintah. Gayung bersambut antara
pemerintah dan rakyatnya menjadi satu ketetapan yang harus dipertahankan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Barang siapa
menaatiku, ia telah menaati Allah Subhanahu wata’ala. Barang siapa
menentangku, ia telah menentang Allah l. Barang siapa menaati pemimpin
(umat)ku, ia telah menaatiku; dan barang siapa menentang pemimpin (umat)ku, ia
telah menentangku.” (HR.
al-Bukhari no. 7137 dan Muslim no. 1835, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Jika
Pemerintah Melakukan Kemaksiatan
Pemerintah adalah manusia biasa yang
terkadang jatuh pada dosa. Ketika mereka melakukan kemaksiatan, bahkan
memerintahkannya, setiap pribadi muslim harus membenci perbuatan maksiat
tersebut dan tidak boleh menaatinya dalam hal itu. Akan tetapi, ia tetap
berkewajiban mendengar dan menaatinya dalam hal yang ma’ruf (kebajikan), serta
tidak boleh memberontak karenanya.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam :
“Ingatlah,
barang siapa mempunyai seorang penguasa lalu melihatnya berbuat kemaksiatan,
hendaknya ia membenci perbuatan maksiat yang dilakukannya itu, namun jangan
sekali-kali melepaskan ketaatan (secara total) kepadanya.” (HR.
Muslim no. 1855, Ahmad 4/24, dan ad-Darimi no. 2797, dari Auf bin Malik
al-Asyja’i radhiyallahu ‘anhu)
Jika
Pemerintah Mementingkan Diri Sendiri
Bagaimanakah jika pemerintah
mementingkan dirinya sendiri? Misalnya, memperkaya diri, korupsi, tidak
memedulikan kesejahteraan rakyat, bahkan berbuat zalim? Menyikapi hal ini,
setiap pribadi muslim hendaknya bersabar dan tetap menunaikan hak-hak
pemerintah yang harus ditunaikan. Dia memohon kepada Allah Subhanahu
wata’ala haknya yang tidak dipedulikan oleh pemerintah dan tidak
memberontak kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Akan ada
perbuatan mementingkan diri sendiri (mengumpulkan harta dan tidak memedulikan
kesejahteraan rakyat) pada pemerintah dan hal lain yang kalian ingkari.” Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami
(jika mendapati kondisi tersebut, pen.)?”
Beliau bersabda,
“Hendaknya kalian menunaikan hak (pemerintah) yang wajib kalian tunaikan, dan
mohonlah kepada Allah Subhanahu wata’ala hak kalian.” (HR.
al-Bukhari no. 3603 dan Muslim no. 1843, dari Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Merajut
Hubungan Antara Rakyat dan Pemerintah
Gesekan antara rakyat dan pemerintah
merupakan fenomena yang sering terjadi. Penyebabnya terkadang dari pihak rakyat
dan terkadang dari pihak pemerintah. Demikianlah manusia, tak ada yang
sempurna. Kelalaian sering kali menghinggapinya walaupun telah berilmu tinggi
dan berkedudukan mulia. Menurut Islam, hubungan yang baik antara rakyat dan
pemerintah merupakan satu kemuliaan. Karena itu, gesekan yang terjadi di antara
mereka pun termasuk sesuatu yang tercela dan harus segera diselesaikan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Setiap kalian
adalah pemimpin, yang bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang
penguasa yang memimpin manusia (rakyat) adalah pemimpin, dan dia bertanggung
jawab terhadap mereka.” ( HR. al-Bukhari no. 2554, dari Abdullah
bin Umar radhiyallahu ‘anhu)
“Tidaklah
seorang hamba diberi amanat sebuah kepemimpinan oleh Allah Subhanahu wata’ala,
lalu meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, melainkan
Allah Subhanahu wata’ala mengharamkan baginya surga.”
(HR.
Muslim no. 227, dari Ma’qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu ‘anhu)
Adapun hal penting yang harus
diperhatikan oleh rakyat agar hubungan mereka dengan pemerintah senantiasa
terajut dengan baik adalah memuliakan pemerintah, menaati mereka dalam hal
kebajikan, dan membangun kerja sama yang baik dengan mereka.
“Barang
siapa hendak menasihati orang yang mempunyai kekuasaan (pemerintah), janganlah
menyampaikannya secara terangterangan. Namun, dia mengambil tangannya dan
menyampaikan nasihat tersebut secara pribadi. Jika (pemerintah itu) mau
menerima nasihatnya, itu yangdiharapkan. Jika tidak, sungguh dia telah
menyampaikan kewajiban yang ditanggungnya.” (HR. Ibnu Abi Ashim
dalam as-Sunnah dari Iyadh bin Ghunm al-Fihri radhiyallahu
‘anhu, dinyatakan sahih oleh asy- Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah
Fi Takhrijis Sunnah no. 1096)
Demikianlah catatan penting tentang hubungan
rakyat dan pemerintah menurut pandangan Islam. Semoga hal ini menjadi titian
emas bagi pemerintah dan rakyat untuk menuju kehidupan yang tenteram, aman, dan
sentosa yang diberkahi oleh Allah SWT. (uam)
